Kamis, 17 September 2009

MAHASISWA DAN TRANSISI DEMOKRASI DI INDONESIA

Peranan inti pada awal pecahnya Transisi demokrasi diambil bukan oleh mereka para cendikiawan yang tersingkirkan oleh suatu Rezim,bukan juga oleh mereka kelas-kelas tertindas, melainkan oleh mereka kaum muda,atau sebagai mana orang Indonesia menyebut mereka,Mahasiswa.(Benedict Anderson)

Sudah sepuluh tahun kita melalui periode transisi demokrasi sejak turunya presiden soeharto dari kursi kekuasaanya.Masih segar dalam ingatan sebagian besar rakyat Indonesia bagaimana aksi Mahasiswa 98” berhasil memaksa Soeharto untuk mundur dari kursi jabatan Presiden Indonesia pada waktu itu.tetapi kini aksi Mahasiswa semacam itu seakan sudah tak terdengar lagi .Kini Mahasiswa cenderung disibukan oleh kehidupanya sendiri dan kini aksi Mahasiswa lebih dominan menonjolkan golonganya masing-masing di bandingkan rasa kebersaman.
Padahal saat ini rakyat sangat merindukan aksi Mahasiswa untuk dapat memperjuangkan hak-hak mereka.karena dirasakan rakyat saat ini kebijakan-kebijakan yang di buat oleh pemerintah sangat tidak merakyat dan justru sebaliknya kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah saat ini sangat membebani kehidupan mereka dan cenderung menguntungkan dan berpihak pada para pemodal.
Sering menjadi pertanyaan rakyat saat ini adalah kemanakah sekarang para aktivis Mahasiswa 98” yang dahulu kerap memperjuangkan kepentingan rakyat.Di manakah sekarang nama-nama seperti Boediman soedjatmiko, Fachri hamzah, Fajroel ranchman,Dita indah sari,Anas urbaningrum. yang dahulu kerap muncul di TV,Koran dan radio pada waktu terjadi Reformasi.Apakah sekarang mereka telah menganggap bahwa perjuangannya telah selesai dengan telah lengsernya Soeharto.atau mungkin kini mereka telah bergabung dengan pemerintah saat ini sehingga tidak mungkin mereka mengeritik pemerintahan mereka sendiri dan mungki pulu kini mereka kini sedang asik berebut kursi pemerintahan sehinga membuat mereka lupa dengan apa yang dahulu kerap mereka perjuangkan.Akankan sejarah aksi Mahasiswa 98” akan berakhir sama dengan aksi Mahasiwa 66”.Dimana pada saat itu Mahasiswa 66” adalah pihak yang sangat kontra dengan Pemerintahan Soekarno yang otoriter.tetapi setelah rezim orde lama tumbang dan di gantikan oleh rezim orde baru dan sebagian besar para aktivis Mahasiswa 66” bergabung dalam Pemerintahan orde baru membuat mereka berubah dari pihak yang anti dengan pemerintahan yang otoriter menjadi pihak yang apatis dan cenderung mendukung dengan kebijakan orde baru pimpinan soeharto yang sangat otoriter. Apakah sejarah aksi mahasiswa akan selalu seperti ini akankah selamanya transisi demokrasi di Negeri ini selalu di manfaatkan oleh para oportunis yang mengatas namakan rakyat.
Sebenarnya kelemahan aksi mahasiswa di Indonesia adalah Mahasiswa hanya bisa merobohkan rezim otoriter yang berkuasa tanpa bisa membangun rezim baru yang lebih baik.dan untuk membangun pemerintahan yang baru mereka masih memerlukan bantuan dari pihak lain(militer,tokoh-tokoh tua) yang mana pihak lain tersebut pemikiranya tidak jauh berbeda dari rezim yang mereka robohkan.selain itu mereka hanya bisa merobohkan suatu rezim otoriter tanpa bisa mengganti sistem pemerintahan yang di tinggalkan oleh rezim tersebut.sehingga mereka yang bergabung pada pemerintahan yang baru bukan merubah sistem justru mereka yang dirubah oleh sistem tersebut. Ketidak mampuan Mahasiswa 98” merubah sistem peninggalan Orba menurut Culla merupakan dampak dari konsep NKK/BKK(normalisasi kehidupan kampus) pada zaman Orde baru yang membuat Mahasiswa kehilangan otonomi politiknya berkaitan dua hal sekaligus :pertama, mereka menjadi kehilangan ruang politik yang bebas dalam membangun aktivitas kreatif. Karena mahasiswa hanya di mungkinkan menggeluti politik sebatas ilmiah, teori dan konsep, maka dengan sistem tersebut dampaknya hanya melahirkan generasi kampus yang tak punya kepedulian, kepekan dan tanggung jawab sosial. Suasana kampus menjadi steril bagi pengembangan jiwa dan wacana kritis praksis mahasiswa. Kedua, mahasiswa kehilangan basis organisasinya,tempat dimana mereka berkiprah,Organisasi ekstra dan intra kampus telah dipisahkan, padahal melalui interaksi antara keduanya diharapkan dapat melahirkan suatu generasi kampus yang mempunyai gerakan kritis agar mampu mengubah sistem rezim yang dihadapi,dengan konsep NKK/BKK itu maka peranan yang dimainkan oleh organisai ekstra dan intra kampus menjadi lumpuh yang berakibat melahirkan generasi kampus yang “prematur “ dalam henghadapi Transisi Demokrasi (Miftah hudin :radikalisasi pemuda).
Sehingga Transisi Demokrasi yang terjadi selama ini di Indonesia selalui di manfaatkan oleh mereka para oportunis yang selama rezim sebelumnya berkuasa tidak memiliki kesempatan untuk berkuasa tetapi dengan “bantuan aksi mahasiswa”mereka dapat mencapai kekuasan tersebut dengan bepura-pura ikut-ikutan memperjuangkan kepentingan rakyat.oleh karena itu kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa harus bisa menyikapi fenomena tersebut agar sejarah kelam transisi demokrasi yang terus terjadi selama ini tidak terulang lagi di negri ini.

Salam perlawanan…!!!

YANUAR .A.PUTRA

Tidak ada komentar: